ILMU MATEMATIKA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Pengertian Matematika
Matematika
dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para
matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun
kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan
definisi-definisi yang bersesuaian.
2. Kegunaan Matematika
a) Matematika Sebagai Bahasa
Di manakah
letak konsep-konsep matematika, misalnya letak bilangan 1 ? Banyak para pakar
matematika, misalnya para pakar Teori Model (lihat model matematika) yang juga
mendalami filsafat di balik konsep-konsep matematika bersepakat bahwa semua
konsep-konsep matematika secara universal terdapat di dalam pikiran setiap
manusia.
Jadi, yang
dipelajari di dalam matematika adalah berbagai lambang dan ungkapan untuk
mengomunikasikannya. Misalnya orang Jawa secara lisan memberi lambang bilangan
3 dengan mengatakan Telu sedangkan dalam bahasa Indonesia, bilangan tersebut
dilambangkan melalui ucapan Tiga. Inilah sebabnya, banyak pakar mengkelompokkan
matematika ke dalam kelompok bahasa, atau lebih umum lagi dalam kelompok (alat)
komunikasi, bukan ilmu pengetahuan.
Dalam
pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang
didefinisikan secara aksiomatis dengan menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang dibahas dalam filsafat
matematika.
Struktur
spesifik yang diselidiki oleh matematikawan sering kali berasal dari ilmu
pengetahuan alam, dan sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga
mendefinisikan dan menyelidiki struktur internal dalam matematika itu sendiri,
misalnya, untuk menggeneralisasikan teori bagi beberapa sub-bidang, atau alat
bantu untuk perhitungan biasa. Akhirnya, banyak matematikawan belajar bidang
yang dilakukan mereka untuk sebab estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai
bentuk seni daripada sebagai ilmu praktis atau terapan.
Matematika
tingkat lanjut digunakan sebagai alat untuk mempelajari berbagai gejala fisika
yang kompleks, khususnya berbagai gejala alam yang teramati, agar pola
struktur, perubahan, ruang dan sifat-sifat gejala bisa didekati atau dinyatakan
dalam sebuah bentuk perumusan yang sistematis dan penuh dengan berbagai
perjanjian, lambang, dan notasi. Hasil perumusan yang menggambarkan perilaku
atau proses gejala fisika tersebut biasa disebut model matematika dari
gejala.
b) Matematika Sebagai Raja Sekaligus Pelayan
Ada pendapat
terkenal yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari
ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu yang mendasari dan
melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sejak masa sebelum masehi, misalnya
zaman Mesir kuno, cabang tertua dan termudah dari matematika (aritmetika) sudah
digunakan untuk membuat piramida, digunakan untuk menentukan waktu turun hujan,
dan sebagainya.
Sebagai
raja, perkembangan matematika tak tergantung pada ilmu-ilmu lain. Banyak cabang
matematika yang dulu biasa disebut matematika murni, dikembangkan oleh beberapa
matematikawan yang mencintai dan belajar matematika hanya sebagai kegemaran
tanpa memedulikan fungsi dan manfaatnya untuk ilmu-ilmu lain. Dengan
perkembangan teknologi, banyak cabang-cabang matematika murni yang ternyata di
kemudian hari bisa diterapkan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.
c) Matematika Sebagai Ilmu
Pengetahuan
Carl
Friedrich Gauss mengatakan matematika sebagai “Ratunya Ilmu Pengetahuan”. Di
dalam bahasa aslinya, Latin Regina Scientiarum, juga di dalam bahasa Jerman
Königin der Wissenschaften, kata yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan
berarti (lapangan) pengetahuan. Jelas, inipun arti asli di dalam bahasa
Inggris, dan tiada keraguan bahwa matematika di dalam konteks ini adalah sebuah
ilmu pengetahuan.
Pengkhususan
yang mempersempit makna menjadi ilmu pengetahuan alam adalah di masa
terkemudian. Bila seseorang memandang ilmu pengetahuan hanya terbatas pada
dunia fisika, maka matematika, atau sekurang-kurangnya matematika murni,
bukanlah ilmu pengetahuan. Albert Einstein menyatakan bahwa “sejauh hukum-hukum
matematika merujuk kepada kenyataan, maka mereka tidaklah pasti; dan sejauh
mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan.”
Banyak
filsuf yakin bahwa matematika tidaklah terpalsukan berdasarkan percobaan, dan
dengan demikian bukanlah ilmu pengetahuan per definisi Karl Popper. Tetapi, di
dalam karya penting tahun 1930-an tentang logika matematika menunjukkan bahwa
matematika tidak bisa direduksi menjadi logika, dan Karl Popper menyimpulkan
bahwa “sebagian besar teori matematika, seperti halnya fisika dan biologi,
adalah hipotetis-deduktif : oleh karena itu matematika menjadi lebih dekat ke
ilmu pengetahuan alam yang hipotesis-hipotesisnya adalah konjektur (dugaan),
lebih daripada sebagai hal yang baru.” Para bijak bestari lainnya, sebut saja
Imre Lakatos, telah menerapkan satu versi pemalsuan kepada matematika itu
sendiri.
Sebuah
tinjauan alternatif adalah bahwa lapangan-lapangan ilmiah tertentu (misalnya
fisika teoretis) adalah matematika dengan aksioma-aksioma yang ditujukan
sedemikian sehingga bersesuaian dengan kenyataan. Faktanya, seorang fisikawan
teoretis, J. M. Ziman, mengajukan pendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan umum dan dengan demikian matematika termasuk di dalamnya.
Di beberapa
kasus, matematika banyak saling berbagi dengan ilmu pengetahuan fisika, sebut
saja penggalian dampak-dampak logis dari beberapa anggapan. Intuisi dan
percobaan juga berperan penting di dalam perumusan konjektur-konjektur, baik
itu di matematika, maupun di ilmu-ilmu pengetahuan (lainnya). Matematika
percobaan terus bertumbuh kembang, mengingat kepentingannya di dalam
matematika, kemudian komputasi dan simulasi memainkan peran yang semakin
menguat, baik itu di ilmu pengetahuan, maupun di matematika, melemahkan objeksi
yang mana matematika tidak menggunakan metode ilmiah. Di dalam bukunya yang
diterbitkan pada 2002 A New Kind of Science, Stephen Wolfram berdalil bahwa
matematika komputasi pantas untuk digali secara empirik sebagai lapangan ilmiah
di dalam haknya/kebenarannya sendiri.
Pendapat-pendapat
para matematikawan terhadap hal ini adalah beraneka macam. Banyak matematikawan
merasa bahwa untuk menyebut wilayah mereka sebagai ilmu pengetahuan sama saja
dengan menurunkan kadar kepentingan sisi estetikanya, dan sejarahnya di dalam
tujuh seni liberal tradisional; yang lainnya merasa bahwa pengabaian pranala
ini terhadap ilmu pengetahuan sama saja dengan memutar-mutar mata yang buta
terhadap fakta bahwa antarmuka antara matematika dan penerapannya di dalam ilmu
pengetahuan dan rekayasa telah mengemudikan banyak pengembangan di dalam
matematika.
Satu jalan
yang dimainkan oleh perbedaan sudut pandang ini adalah di dalam perbincangan
filsafat apakah matematika diciptakan (seperti di dalam seni) atau ditemukan
(seperti di dalam ilmu pengetahuan). Adalah wajar bagi universitas bila dibagi
ke dalam bagian-bagian yang menyertakan departemen Ilmu Pengetahuan dan
Matematika, ini menunjukkan bahwa lapangan-lapangan itu dipandang bersekutu
tetapi mereka tidak seperti dua sisi keping uang logam.
Pada tataran
praktisnya, para matematikawan biasanya dikelompokkan bersama-sama para ilmuwan
pada tingkatan kasar, tetapi dipisahkan pada tingkatan akhir. Ini adalah salah
satu dari banyak perkara yang diperhatikan di dalam filsafat matematika.
Penghargaan
matematika umumnya dipelihara supaya tetap terpisah dari kesetaraannya dengan
ilmu pengetahuan. Penghargaan yang adiluhung di dalam matematika adalah Fields
Medal (medali lapangan), dimulakan pada 1936 dan kini diselenggarakan tiap
empat tahunan. Penghargaan ini sering dianggap setara dengan Hadiah Nobel ilmu
pengetahuan. Wolf Prize in Mathematics, dilembagakan pada 1978, mengakui masa
prestasi, dan penghargaan internasional utama lainnya, Hadiah Abel,
diperkenalkan pada 2003. Ini dianugerahkan bagi ruas khusus karya, dapat berupa
pembaharuan, atau penyelesaian masalah yang terkemuka di dalam lapangan yang
mapan.
Sebuah
daftar terkenal berisikan 23 masalah terbuka, yang disebut “masalah Hilbert”,
dihimpun pada 1900 oleh matematikawan Jerman David Hilbert. Daftar ini meraih
persulangan yang besar di antara para matematikawan, dan paling sedikit
sembilan dari masalah-masalah itu kini terpecahkan. Sebuah daftar baru berisi
tujuh masalah penting, berjudul “Masalah Hadiah Milenium”, diterbitkan pada
2000. Pemecahan tiap-tiap masalah ini berhadiah US$ 1 juta, dan hanya satu
(hipotesis Riemann) yang mengalami penggandaan di dalam masalah-masalah
Hilbert.
3. Perkembangan Matematika dalam Peradaban Manusia
·
Matematika dan Arsitektur Kuno
Arsitektur
di masa dahulu dianggap sebagai sebuah topik dan satu disiplin matematika yang
hingga saat ini masih ada hubungan dekat. Contoh arsitektur pertama adalah
Piramid. Para ahli berbeda pendapat tentang banyaknya geometri dan teori
bilangan yang digunakan pada arsitektur ini. Untuk Piramid besar di Giza, Mesir
yang dibangun sekitar 2575 SM oleh Raja Khufu, banyak ditulis tentang
ukuran-ukuran dari Piramid ini, dan banyak ditemukan bilangan emas (golden
number) dan akar kuadratnya. Terdapat sekurang-kurangnya sembilan teori yang
diklaim untuk menerangkan bentuk Piramid.
Tidak ada
yang ragu terkait posisi astronomi tertentu di dalam konstruksi Piramid
tersebut. Demikian pula, bentuk-bentuk geometri beraturan dikeramatkan pada
orang-orang Mesir (saat itu) dan mereka menggunakannya di dalam arsitektur
untuk ritual dan bangunan-bangunan resmi. Sehingga mereka mempunyai ‘orang
suci’ yang disebut Sessat dialah yang menunjukkan (hal-hal) penting relijius
dalam menempatkan bangunan. Bilangan emas (golden number) adalah 1.618033989,
dan sebuah sudut yang didasarkan pada bilangan ini akan memiliki ukuran
arcsec(1.618033989) = 51° 50′. Sisi Piramid besar (diketahui) tegak pada sudut
51° 52′.
Bilangan-bilangan
untuk Pythagoras juga memiliki sifat-sifat geometri. Geometri merupakan studi
tentang bentuk-bentuk, dan bentuk-bentuk itu ditentukan oleh bilangan-bilangan.
Tetapi lebih dari itu, matematikawan juga mengembangkan gagasan estetika
berdasarkan proporsi. Selanjutnya, keteraturan geometri menekankan pada
keindahan dan harmoni yang ini diaplikasikan pada arsitektur dengan penggunaan
simetri.
Kata simetri
berasal dari istilah arsitektur Yunani kuno “simmetria” yang menunjukkan
pengulangan bentuk-bentuk dan perbandingan-perbandingan dari bagian-bagian yang
paling kecil pada sebuah gedung pada seluruh struktur. Ide ini antara lain
digunakan di dalam konstruksi Pura Athena Parthenos. Bentuk konstruksi ini juga
mengisyaratkan bahwa perbandingan 3 : 4 : 5 dapat digunakan untuk menjamin
bahwa sudut-sudut di dalam bangunan sudah ditentukan dengan akurat.
:)Sekian dari saya Khairul Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar